Senin, 27 Maret 2017

Perjumpaan Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth Bersama Syaikh Bin Baz







Syaikh Abdul Qadir Al-Arna'uth dan syaikh Bin Baz



Syaikh Abdul Qadir Al-Arna’uth adalah
seorang ulama muhaddits yang berpegang kepada manhaj salaf. Beliau
berkewarganegaraan Suriah namun berasal dari Kosovo. Kemudian beliau pindah
ke Suriah setelah terjadi desakan-desakan kepada kaum muslimin di Kosovo dan
Bosnia. Kemudian syaikh Abdul Qadir Al-Arna’uth berjuang mengajarkan dakwah salafiyyah
di Demaskus, Suriah terutama setelah pindahnya syaikh Al-Albani dari Suriah
menuju Yordania.





Beberapa bulan sebelum meninggal syaikh
Abdul Qadir Al-Arna’uth tepatnya pada tanggal 27 May 2004, beliau bercerita
perjumpaan beliau bersama syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumallah. Beliau
berkata:





أنا كنت في أول مرة أحج إلى بيت الله
الحرام وهذا منذ أربع وأربعين عاما ففي ذاك العام ذهبت إلى المدينة المنورة وكانت
الجامعة الإسلامية مفتوحة الجديد في ذلك الوقت. والشيخ ابن باز يعرفني من كتاب
جامع الأصول كلما انتهيت من مجلد جامع الأصول أرسل نسخة إلى الجامعة الإسلامية
ونسخة إلى رابطة العالم الإسلامي ونسخة إلى حبيب الرحمن الأعظمي لعله يوجد ملاحظات
لأستفيد منها.






“Ketika aku pertama kali haji ke Baitullah
Al-Haram  dan ini sejak 44 tahun, ketika
itu aku pergi ke Madinah Munawwarah. Dan ketika itu Jami’ah Islamiyyah
(Universitas Islam Madinah) baru saja dibuka. Dan syaikh Bin Baz mengenaliku
dari buku Jami’ Al-Ushul. Setiap kali aku menyelesaikan satu jilid dari Jam’i
Al-Ushul maka aku mengirimkan naskahnya ke Jami’ah Islamiyyah, dan Rabithah
Al-‘Alam Al-Islami, dan begitu pula ke syaikh Habiburrahman Al-A’dzami. Mungkin
saja terdapat sebuah catatan yang dapat aku ambil faidah darinya.





لما صليت الجمعة في مسجد النبي صلى الله
عليه وسلم, فعقب صلاة الجمعة قمت وتكلمت بكلمة؛ أيها الإخوة اسمعوا هذا الحديث روى
أحمد في مسنده والطبراني في معجمه الكبير عن معاذ بن جبل رضى الله عنه قال..
والشيخ عندما سمع صوتي سأل طلاب العلم. ومن طلاب العلم في الجامعة الإسلامية يوجد
من سوريا فقال: من المتكلم؟ فقالوا: عبد القادر الأرناؤوط. فقال: اجلسوا وجلس
الشيخ مع طلاب العلم الذين كانوا في الجامعة الإسلامية في ذلك الوقت.





“Ketika aku shalat jum’at di masjid Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, maka setelah shalat jum’at aku berdiri dan
berbicara dengan beberapa kalimat; “Wahai saudaraku, simaklah hadits ini. Imam
Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya dan Ath-Thabrani dalam Mu’jam Kabirnya, dari
jalan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, beliau bersabda..”. Ketika itu syaikh
bin Baz ketika mendengar suaraku maka beliau bertanya kepada para penuntut
ilmu. Dan dari para penuntut ilmu yang ada di Jami’ah Islamiyyah terdapat murid
yang berasal dari Suriah. Maka beliau berkata: “Siapa yang sedang berbicara?”.
Maka mereka menjawab: “Syaikh Abdul Qadir Al-Arna’uth”. Maka beliau berkata:
“Duduklah kalian!”. Dan syaikh pun duduk juga bersama para penuntut ilmu Jamiah
Islamiyyah ketika itu”.





 قال
معاذ: أوصاني رسول الله صلى الله عليه وسلم بعشر كلمات: لا تشرك بالله شيئا وإن
قتلت وحرقت، ولا تعقن والديك، وإن أمراك أن تخرج من أهلك ومالك، ولا تتركن صلاة
مكتوبة متعمدا؛ فإن من ترك صلاة مكتوبة متعمدا فقد برئت منه ذمة الله، ولا تشربن
خمرا؛ فإنه رأس كل فاحشة، وإياك والمعصية؛ فإن بالمعصية حل سخط الله عز وجل، وإياك
والفرار من الزحف وإن هلك الناس، وإذا أصاب الناس موتان وأنت فيهم فاثبت، وأنفق
على عيالك من طولك، ولا ترفع عنهم عصاك أدبا وأخفهم في الله.





“Mu’adz berkata: Rasulullah berwasiat kepadaku
dengan 10 kalimat: ‘Janganlah engkau berbuat syirik kepada Allah walau engkau
dibunuh dan dibakar. Dan janganlah engkau mendurhakai kedua orang tuamu walau
keduanya memerintahkanmu untuk menceraikan istrimu dan mengambil hartamu. Dan
janganlah kamu meninggalkan shalat wajib secara sengaja, sesungguhnya
barangsiapa yang meninggalkan shalat wajib secara sengaja maka lepaslah dzimmah
(perlindungan) Allah darinya. Dan janganlah engkau meminum khamr (minuman keras),
sesungguhnya khamr adalah induk dari seluruh keburukan. Dan janganlah kamu
berbuat maksiat, sesungguhnya dengan maksiat akan jatuh murka Allah. Dan
janganlah kamu lari dari barisan ketika berperang walau teman-teman mu sudah
wafat terbunuh. Dan jika terjadi pada masyarakan wabah kematian (wabah penyakit
yang menular yang menyebabkan kematian), maka tetaplah kamu di tempatmu. Dan
nafkahilah keluargamu sesuai kemampuanmu. Dan jangan angkat tongkatmu ketika
mendidik mereka. Dan jadikanlah mereka takut kepada Allah”. (HR. Ahmad No;
22074)





وشرحت هذا الحديث ولما انتهيت من ذكر
الحديث قال الشيخ لطلاب العلم الذين كانوا مع الشيخ أن سماحة الشيخ يريد أن يسلم
عليك. فجاء الشيخ وسلم علي وقال: مرحبا بالشيخ عبد القادر الأرناؤوط. ثم أخذ بيدي
إلى سيارته رحمه الله كما كان من عادته وكرمه.





“Dan aku menjelaskan hadits ini. Dan ketika
aku selesai dari penjelasan hadits ini, syaikh Ibn Baaz memerintahkan kepada
murid-murid yang bersamanya agar mengatakan: ‘Bahwa syaikh Bin Baz ingin
mengucapkan salam kepadamu’. Maka syaikh Bin Baz datang dan mengucapkan salam
kepada saya. Dan beliau berkata: ‘Selamat datang syaikh Abdul Qadir
Al-Arna’uth”. Kemudian beliau memegang tanganku dan membawaku ke dalam mobil
beliau, sebagaimana ini adalah kebiasaan beliau dan kemuliaan beliau”.





ففي أثناء الطريق قال لي: يا الشيخ هذا
الحديث الذي ذكرته في المسجد النبوي أليس إسناده ضعيفا؟ فقلت: نعم في سنده ضعف في
مسند الإمام أحمد ومعجم الطبراني الكبير ولكن ضعفه يسير ينجبر وله شواهد من حديث
أبي الدرداء وعبادة بن صامت وأميمة مولاة رسول الله وغير ذلك. فهو حديث حسن
بشواهده. فقال لي: بارك الله بارك الله. 





“Maka ketika dalam perjalanan, syaikh Bin
Baz berkata kepadaku: ‘Wahai syaikh, hadits yang engkau sebutkan di masjid
nabawi tadi bukankah sanadnya dhaif?’. Maka aku berkata: ‘Ya, di dalam sanadnya
terdapat kelemahan dalam musnad Ahmad maupun Mu’jam Al-Kabir milik
Ath-Thabrani. Namun kelemahannya adalah kelemahan ringan terlebih dia memiliki
syawahid dari hadits Abi Darda, dan Ubadah bin Shamit, serta Umaimah budak
Rasulullah, dan selainnya. Maka kesimpulannya dia adalah hadits yang hasan
dengan syawahidnya. Maka syaikh Bin Baaz berkata: Baarakallah. Baarakallah”.





Sejak kejadian ini, syaikh Abdul Qadir
Al-Arnauth pun mulai dekat dan kenal dengan syaikh Ibn Baaz. Dan saling terjadi
kunjungan ketika syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth pergi haji dan umrah. Dan syaikh
Abdul Qadir Al-Arna’uth menyatakan bahwa syaikh Bin Baaz adalah sebaik-baik
tempat untuk menuntut ilmu bagi para ulama. Dan syaikh Bin Baaz lah yang
menyemangati beliau untuk berdakwah terkhusus dakwah kepada warga Kosovo.
Karena beliau tahu bahwa syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth berasal dari Kosovo dan
mampu berbahasa Albania.  Maka syaikh Bin
Baz berkata: “Wajib bagimu untuk berdakwah di negaramu dan mengajarkan mereka
agama islam, Al-Quran, dan sunnah”.  Dan
syaikh Abdul Qadir pun akhirnya meng-iya-kan ajakan syaikh Bin Baz. Dan
akhirnya beliau tiap tahunnya pulang ke Kosovo untuk berdakwah. Ini semua
karena syaikh Bin Baz memiliki ghirah yang kuat terhadap agama islam di seluruh
alam islamiy. 





Di sini kita dapat mengambil beberapa
faidah:





1- Para ulama ketika mengingatkan maka
mereka mengingatkan dengan empat mata, tidak di depan umum. Karena tujuannya
adalah menasihati.





2- Jika kita melihat kesalahan, maka kita
harus mengingatkan karena ini adalah dari bab munashah (saling menasihatkan).
Namun harus diingat adab dalam mengingatkan. Yaitu dengan empat mata dan tidak
langsung dibicarakan di depan umum. Karena tujuan kita mengingatkan adalah
untuk menasihati dan bukan untuk menelanjangi.





3- Pentingnya diskusi ilmiyyah. Terkadang
kita mengetahui sebuah ilmu baru setelah terjadi diskusi ilmiyyah. Seperti
syaikh bin Baaz yang pada akhirnya mendapatkan faidah bahwa hadits ini adalah
hasan karena terdapat syawahid. Maka janganlah kita terburu-terburu untuk menyalahkan
seseorang di depan umum namun kita belum berdiskusi dengannya secara empat
mata.





4- Dan kesimpulan derajat hadits ini adalah
hasan dapat kita sampaikan kepada ummat. Dan syaikh Al-Albani pun menyatakan
bahwa hadits ini shahih dalam Irwa’ Al-Ghalil 7/89.





Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wa
shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.








-----





Ingin pahala jariyah? Mari bantu Kajian Al-Amiry agar dapat selalu menyebarkan kajian islam. Kirim bantuan anda ke salah satu rekening di bawah ini:



- Bank BCA No Rek 3000573069 a/n: Muhammad Abdurrahman


- Bank BNI No Rek 0360066890 a/n: Muhammad Abdurrahman

Jazakumullah khairan katsiiran.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Perjumpaan Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth Bersama Syaikh Bin Baz

0 komentar:

Posting Komentar