Selasa, 31 Mei 2016

Kesabaran Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Saat Mengajar Dan Kegigihan Syaikh Ibnu Utsaimin Dalam Belajar







Kisah ini saya dapatkan dari seorang syaikh yang mana
beliau mendapatkannya dari syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr
hafidzahullah.





Suatu ketika syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr
bertanya kepada syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah tentang perjalanan beliau
dalam menuntut ilmu. Maka syaikh Ibnu Utsaimin mulai bercerita tentang
perjalanan beliau dalam menuntut ilmu dan kisah beliau bermulazamah bersama
syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah.





Maka syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah bercerita:





بدأت مع الشيخ عبد الرحمن السعدي في
فترة من الفترات في قراءة قواعد ابن رجب. وكنت أنا الذي أقرأ على الشيخ عبد الرحمن
السعدي. ومعي بعض الطلاب في اليوم الأول والثاني. وفي اليوم الثالث بدأ الطلاب
يقلون. فبدأ العدد يتناقص حتى لم يبق مع الشيخ إلا أنا





“Aku mulai bersama syaikh Abdurrahman As-Sa’di pada beberapa
waktu untuk membaca kitab Qawa’id Ibn Rajab. Dan akulah yang menjadi qari’
untuk syaikh Abdurrahman As-Sa’di. Dan bersamaku ada beberapa murid untuk di
hari pertama dan kedua. Dan pada hari ketiga, jumlah para murid mulai sedikit
dan berkurang sampai tidak ada satupun murid yang tersisa selain diriku”.



Syaikh Ibnu Utsaimin melanjutkan:





فقلت للشيخ السعدي: أرى أن الطلاب
انصرفوا عن الدرس فلعلنا نتوقف عنه. صعب علي أن أقرأ عليك لوحدي وتشرح لي وآخذ
كثيرا من وقتك بدون طلاب.





“Maka aku berkata kepada syaikh As-Sa’di: ‘Aku lihat para murid
sudah mulai berhenti dari pelajaran. Mungkin kita berhentikan saja
pelajarannya. Terasa sulit bagiku untuk menjadi qar’i bagimu dengan sendirian
dan engkau menjelaskannya untukku dan aku mengambil banyak waktumu tanpa adanya
murid-murid yang lain”.





Maka syaikh As-Sa’di langsung berkata:





لا, ما دام عندي ولو طالب واحد فالدرس
لا ينقطع. استمر فاقرأ





“Tidak. Selama aku masih memiliki satu murid, maka pelajaran
tidak akan pernah terputus. Lanjutkanlah dan baca.”





Maka syaikh Ibnu Utsaimin berkata:





فاستمريت في القراءة على الشيخ. كل يوم
آتيه وأقرأ عليه قواعد ابن رجب والشيخ يشرح لي حتى انتهيت من قواعد ابن رجب كاملا.
وأنا لوحدي آتي وأقرأ على الشيخ وهو يشرح لي إلى أن انتهينا من الكتاب. وهو فترة
طويلة
.





 “Maka aku melanjutkan
membaca untuk syaikh. Setiap hari aku mendatanginya dan aku membaca untuk
syaikh kemudian syaikh yang menjelaskannya untukku sampai aku menghabiskan
kitab Qawa’id Ibn Rajab secara tuntas. Dan aku sendirian yang datang dan yang
membaca untuk syaikh dan beliau yang menjelaskannya untukku sampai selesai. Dan
itu adalah waktu yang lama”.





Kemudian syaikh Ibnu Utsaimin melanjutkan:





فلما انتهينا دعا لي الشيخ كثيرا.
وأخرج لي تفاحة فأعطانيها. قال: خذ هذه هدية لك لأنك بقيت معي إلى أن انتهينا من
الكتاب.





“Dan setelah kami menyelesaikan seluruh kitab, maka syaikh sering mendoakan untukku.
Dan beliau mengeluarkan sebuah apel dan memberikannya untukku. Dan beliau
berkata: ‘Ambillah, ini hadiah untukmu karena kamu masih bersamku sampai kita
menyelesaikan kitab ini’”.





Maka syaikh Ibnu Utsaimin berkata:





تلك المرة هي أول مرة أرى تفاحة في
حياتي. ما سبقني أن رأيت تفاحة.





“Inilah pertama kalinya aku melihat buah apel dalam hidupku. Aku
tidak pernah melihat apel pada sebelumnya”.





Kemudian syaikh Ibnu Utsaimin bertanya:





هل يطبخ؟ فقال: لا, ما يحتاج إلى الطبخ
اقطعه بالسكين ثم كله بدون طبخ





“Apakah ini dimasak?” Maka syaikh As-Sa’di menjawab: Tidak, ini
tidak perlu dimasak. Potonglah apel ini dengan pisau dan makanlah”





(Selesai)





Pelajaran dari kisah yang dapat kita petik:





1- Jangan putus asa dengan sedikitnya murid. Lihatlah syaikh Abdurrahman As-Sa’di yang tidak pernah putus asa walau yang
tersisa hanya 1 murid saja. Namun dari tangan beliau, sudah ada ribuan orang yang
menjadi ulama dan menyebarkan dakwah tauhid dan sunnah.





2- Jangan merasa bosan untuk belajar walau hanya diri kita saja yang menjadi murid. Karena dengan sendirian, kitapun bisa
leluasa untuk lebih aktif bertanya kepada guru.





3- Semua itu tentunya dilakukan dengan ikhlas untuk Allah
saja. Jangan tertipu dengan banyaknya murid namun niatnya belum ikhlas kepada
Allah ta’ala.




Semoga yang sedikit ini bermanfaat, wa shallallahu alaa
nabiyyinaa Muhammad.








Artikel
alamiry.net (Kajian Al Amiry)


Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.



Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kesabaran Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Saat Mengajar Dan Kegigihan Syaikh Ibnu Utsaimin Dalam Belajar

0 komentar:

Posting Komentar