Minggu, 08 November 2015

Bolehkah Suami Memanggil Istri Dengan “Ummi” Atau “Mama” ?







Pertanyaan:





“Ana mau nanya apa hukum panggilan abi dan ummi kepada
pasangan kita?” (Dari: Abu Zaid)





Jawab:





Bismillah wasshaalatu wassalaam ‘alaa Rasuulillah..





Suami memanggil istri dengan ummi terdapat 2 kemungkinan:





1- Kemungkinan pertama adalah “Dzihar”. Hal tersebut, jika
dia meniatkan untuk melakukan dzihar, maka hal tersebut adalah dzihar dan itu adalah
haram. Dia wajib bertaubat kepada Allah dan membayar kaffarah sebelum melakukan
jima’ dengan istrinya. Allah berfirman.





الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ
مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ
لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ
(2) وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ
رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ (3) فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ
أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ





“Dan suami-suami yang mendzihar istri-istrinya (menganggap
istrinya sebagai ibu) maka istri mereka bukanlah ibu mereka. Ibu mereka
hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka telah
mengatakan perkataan yang munkar dan dosa. Dan sesungguhnya Allah Maha pemaaf
lagi Maha pengampun.






Dan suami-suami yang mendzihar istri-istrinya dan
kemudian ingin menarik perkataan mereka, maka dia harus membebaskan budak
sebelum keduanya bersetubuh. Hal demikan itu yang diajarkan kepadamu dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu perbuat.





Dan barang siapa yang tidak mendapatkan budah maka dia
harus berpuasa selama 2 bulan berturut-turut sebelum keduanya bersetubuh. Dan
barangsiapa yang tidak mampu, maka dia harus memberikan makan 60 orang miskin.
Dan hal yang demikian itu agar mereka beriman kepada Allah dan RasulNya dan itu
adalah hukum-hukum Allah dan bagi orang kafirlah adzab yang pedih” (QS.
Al-Mujadilah 2-4)





Sehingga jika suami memanggil istri dengan “ummi” dengan
niatan untuk dzihar atau ada qarinah yang menunjukkan kepada dzihar, maka dia
dihukumi sebagai dzihar dan wajib membayar kaffarah.





2- Kemungkinan kedua, suami memanggil istrinya karena
rasa cinta dan penghormatan, terlebih suami mengucapkannya dihadapan anak-anak
agar anak-anak sopan terhadap ibunya maka hal ini boleh-boleh saja.  Dan dalam kebiasaan masyarakat kita, itulah
yang terjadi. Maka tidak ada masalah dalam hal itu.





- Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya:





هل يجوز للرجل أن يقول لزوجته يا أختي بقصد
المحبة فقط , أو يا أمي بقصد المحبة فقط





“Apakah diperbolehkan suami memanggil istri dengan “adek”
atau “ummi” dengan tujuan rasa cinta saja?





Beliau menjawab:





نعم , يجوز له أن يقول لها يا أختي , أو
يا أمي , وما أشبه ذلك من الكلمات التي توجب المودة والمحبة , وإن كان بعض أهل العلم
كره أن يخاطب الرجل زوجته بمثل هذه العبارات , ولكن لا وجه للكراهة , وذلك لأن الأعمال
بالنيات , وهذا الرجل لم ينو بهذه الكلمات أنها أخته بالتحريم والمحرمية , وإنما أراد
أن يتودد إليها ويتحبب إليها , وكل شيء يكون سبباً للمودة بين الزوجين , سواء كان من
الزوج أو الزوجة فإنه أمر مطلوب





“Ya, boleh bagi
suami memanggilnya dengan adek atau ibu dan yang semisalnya dari kata-kata yang
mendatangkan rasa kasih sayang dan cinta. Walaupun ada sebagian para ulama yang
membenci jika seseorang memanggil istrinya dengan kalimat seperti itu. Akan
tetapi yang benar tidak ada sebab akan dibencinya kalimat tersebut karena
amalan sesuai dengan niatnya. Dan orang ini tidaklah berniat dengan kata-kata tersebut
untuk menganggap istrinya sebagai adek secara mahram. Akan tetapi dia hanya
untuk mendapatkan kasih saya kepada istrinya dan semakin cinta. Dan segala
sesuatu yang menjadi sebab akan datangnya rasa cinta diantara 2 pasangan suami
istri, maka hal tersebut dianjurkan” (Fatawa Nur ‘Alaa  Ad-Darb 7/798)





Al-Lajnah Ad-Daimah Li Al-Buhuts Wa Al-Ifta (Komisi Tetap
dalam Riset Ilmiyyah dan Fatwa)  yang
dipimpin oleh syaikh Ibrahim bin Muhammad Alu Asy-Syaikh ditanya:





يقول بعض الناس لزوجته: أنا أخوك وأنت أختي.
فما الحكم؟





“Sebagian orang
memanggil istrinya saya adalah abangmu dan kau adalah adekku. Maka apa
hukumnya?”





إذا قال الزوج لزوجته: أنا أخوك أو أنت
أختي، أو أنت أمي أو كأمي، أو أنت مني كأمي أو كأختي- فإن أراد بذلك أنها مثل ما ذكر
في الكرامة أو الصلة والبر أو الاحترام أو لم يكن له نية ولم يكن هناك قرائن تدل على
إرادة الظهار، فليس ما حصل منه ظهارا، ولا يلزمه شيء، وإن أراد بهذه الكلمات ونحوها
الظهار، أو قامت قرينة تدل على الظهار مثل صدور هذه الكلمات عن غضب عليها أو تهديد
لها فهي ظهار، وهو محرم، وتلزمه التوبة، وتجب عليه الكفارة قبل أن يمسها، وهي: عتق
رقبة، فإن لم يجد فصيام شهرين متتابعين، فإن لم يستطع فإطعام ستين مسكينا





“Jika suami mengatakan saya adalah abangmu dan kamu
adalah adekku atau kamu adalah ibuku atau seperti ibuku atau kamu seperti
adekku, jika yang dia maksudkan adalah untuk memuliakan atau kebaikan atau
menghormati atau tidak ada niat untuk dzihar atau tidak ada qarinah yang
menunjukkan kepada keinginan melakukan dzihar, maka dzihar tidaklah terjadi dan
tidak ada kewajiban apapun atasnya. Namun jika dia menginginkan dari kalimat
tersebut dan kalimat yang semisalnya untuk melakukan dzihar, seperti
mengucapkannya karena sedang marah atau mengancam,  maka dia adalah haram dan wajib untuk
bertaubat. Dan wajib untuk membayar kaffarah sebelum bersetubuh dengan
istrinya. Dan kaffarahnya adalah membebaskan budak jika dia tidak mendapatkan
budak maka puasa 2 bulan secara berturut-turut, jika dia tidak mampu maka dia
memberikan makan kepada 60 orang miskin (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah 20/274)





Sehingga jika suami memanggil istrinya dengan panggilan
ummi atau ibu tanpa maksud dzihar maka boleh-boleh saja, terutama suami
memanggilnya di hadapan anak-anak untuk membiasakan memanggil ibunya dengan
ummi atau panggilan yang sopan.





Allahu a’lam. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wa
shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.










-----


Ingin pahala jariyah yang terus mengalir? Mari bergabung untuk menyebarkan dakwah sunnah dan dan islam yang murni bersama Kajian Al-Amiry. Kirim donasi anda ke salah satu rekening di bawah ini:



- Bank BCA No Rek 3000573069 a/n: Muhammad Abdurrahman


- Bank BNI No Rek 0360066890 a/n: Muhammad Abdurrahman





Donasi yang  diberikan akan digunakan untuk kelancaran dakwah kita bersama. Dan dukungan anda insya Allah akan semakin memperkuat dakwah sunnah di atas bumi Allah.





Nb: Mohon lakukan konfirmasi ke email: webkajianalamiry@gmail.com atau ke nomor 082282012864 jika bapak/ibu telah mengirimkan donasi.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Bolehkah Suami Memanggil Istri Dengan “Ummi” Atau “Mama” ?

0 komentar:

Posting Komentar