Jumat, 07 Agustus 2015

Begitu Tawadhu’nya Syaikh Wahid Abdussalam Bali Ketika Dicela








Nasihat syaikh
Wahid Abdussalam Bali hafidzahullah: “Ketika engkau ingin berdakwah dan akan
duduk di sebuah majlis, maka tidak perlu engkau menunggu pujian manusia atau
celaan mereka. Maka orang yang memujimu pada hari ini, bisa jadi akan menghinamu
besok. Dan orang yang mencelamu pada hari ini, bisa jadi akan memujimu besok”.

___





Kisah:



Dahulu ada seorang pemuda yang datang kepada syaikh Wahid Bali. Kemudian pemuda
ini berkata:



“Syaikh, ada seseorang yang mencelamu dan berkata: Wahid adalah orang yang
bodoh”.





Maka syaikh
Wahid Bali menjawab:





“Apakah kamu
tidak tahu, bahwa aku adalah orang yang jahil?”
 






Pemuda tadi
menjawab:





“Ya syaikh,
engkau adalah guru kami....”





Syaikh
langsung memotong dan berkata:



ولكنني جاهل وأنا أقر لك الآن وأعترف أن ما أجهله من دين
الله أكثر مما أعلمه. صدق الرجل ولم يكذب





“Akan tetapi
aku adalah orang yang jahil. Dan aku akui kepadamu dan aku tetapkan bahwasanya
apa yang tidak aku ketahui tentang agama Allah, itu lebih banyak dari pada apa
yang aku ketahui. Maka orang yang mencelaku telah jujur dan dia tidak berdusta”.





(Selesai)





Lihat,
bagaimana seorang ulama ketika dicela. Beliau begitu tawadhu’ dan tidak membela
dirinya. Dan bahkan beliau tidak marah dan lain-lainnya. Dan bahkan beliau
mengaku bahwa beliau adalah orang yang jahil. Begitulah tawadhu dan kerendahan
hati para ulama kita.





Hal tersebut
sebagaimana yang dilakukan oleh Malik bin Dinar rahimahullah. Betapa tawadhunya
Malik bin Dinar ketika dicela.





Suatu saat
Malik bin Dinar rahimahullah sedang berjalan dengan para murid-muridnya. Dan
beliau adalah seorang ulama yang sangat rajin beribadah dan sangat zuhud. Dalam
keadaan seperti ini, seorang wanita mencela beliau seraya berkata:



يا مالك أنت مرائي





“Wahai
Malik, engkau adalah orang yang riya”.





Maka Malik bin
Dinar hanya menjawab:





ما عرفني غيرك





“Benar, hanya engkau yang mengetahui diriku”. (Ihya
3/171)





Malik bin Dinar tidak membela dirinya. Malik bin Dinar
tidak berkata “Apa bukti bahwasanya aku adalah orang yang riya?”. Begitulah
ketawadhuan para ulama ketika dicela.





Maka ketika berdakwah, 
kita tidak perlu terlalu memikirkan celaan dan pujian dari manusia.
Cukup niat dari kita berdakwah adalah keridhaan dari Allah ta’ala.





Semoga kisah ini bermanfaat. Dan insya Allah ada cerita
lain yang akan kita tulis mengenai tawadhu’nya syaikh Wahid Abdussalam Bali.
Silahkan disimak di waktu mendatang.





Kisah ini kami ambil dari salah satu kajian beliau.





Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad. 









-----


Ingin pahala jariyah yang terus mengalir? Mari bergabung untuk menyebarkan dakwah sunnah dan dan islam yang murni bersama Kajian Al-Amiry. Kirim donasi anda ke salah satu rekening di bawah ini:



- Bank BCA No Rek 3000573069 a/n: Muhammad Abdurrahman


- Bank BNI No Rek 0360066890 a/n: Muhammad Abdurrahman





Donasi yang  diberikan akan digunakan untuk kelancaran dakwah kita bersama. Dan dukungan anda insya Allah akan semakin memperkuat dakwah sunnah di atas bumi Allah.





Nb: Mohon lakukan konfirmasi ke email: webkajianalamiry@gmail.com atau ke nomor 082282012864 jika bapak/ibu telah mengirimkan donasi.


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Begitu Tawadhu’nya Syaikh Wahid Abdussalam Bali Ketika Dicela

0 komentar:

Posting Komentar