Jumat, 19 Juni 2015

Wanita Hamil Dan Menyusui , Qadha Atau Fidyah ?







Permasalahan
ini akan selalu berulang setiap tahunnya. Dan permasalahan ini sangat penting
untuk dibahas.





Memang terjadi
perselisihan diantara para ulama dalam masalah hal ini. Namun yang rajih dan
paling benar adalah bahwa wanita yang hamil atau menuyusui jika dia tidak mampu
untuk berpuasa atau dia takut atas janinnya maka dia mengqadha puasa dan bukan
membayar fidyah.





Hal tersebut
karena wanita yang hamil dan menyusui memiliki hukum orang yang sakit karena
dia tidak mampu untuk berpuasa ketika dia hamil dan menyusui, sehingga dia akan
mengqadha puasa sebagaimana orang sakit akan mengqadha.






Allah ta’ala berfirman:





فَمَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ





“Dan barangsiapa yang sakit dan sedang melakukan safar
maka hendaklah dia mengganti puasanya di hari yang lain” (QS. Al-Baqarah: 184)





Orang yang hamil diqiyaskan kepada orang yang sakit
sehingga mereka mengqadha puasa sebagaimana orang yang sakit mengaqadha dan
bukan membayar fidyah.





Lantas, bagaimana dengan perkataan Ibnu Abbas
radhiyallahu anhu bahwasanya orang yang hamil dan menyusui membayar fidyah dan
bukan qadha puasa? Beliau berkata:





أَنْتِ بِمَنْزِلَةِ
الَّتِي لا تُطِيقُهُ فَعَلَيْكِ الْفِدَاءُ، ولاَ قَضَاءَ عَلَيْكِ





“Sesungguhnya kedudukanmu seperti kedudukan yang sama
sekali tidak mampu untuk puasa, maka wajib bagimu untuk membayar fidyah dan
tidak ada qadha bagimu” (HR. Al-Bazzar)





Jawab: Mengqiyaskan wanita hamil dan menyusui dengan
orang tua yang sama sekali tidak bisa puasa adalah qiyas yang kurang tepat.
Karena wanita yang hamil mampu untuk berpuasa setelah dia melahirkan, sehingga
ketidak mampuan wanita hamil untuk berpuasa hanyalah bersifat sementara. Adapun
orang tua renta yang tidak bisa berpuasa sama sekali, dia adalah bersifat
permanen. Itulah yang dijawab oleh syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam
kitab beliau Asy-Syarhu Al-Mumti’ 6/324-325.





Al-Hasan dan Ibrahim berkata:





فِي المُرْضِعِ أَوِ
الحَامِلِ، إِذَا خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَوْ وَلَدِهِمَا تُفْطِرَانِ ثُمَّ
تَقْضِيَانِ، وَأَمَّا الشَّيْخُ الكَبِيرُ إِذَا لَمْ يُطِقِ الصِّيَامَ فَقَدْ أَطْعَمَ
أَنَسٌ بَعْدَ مَا كَبِرَ عَامًا أَوْ عَامَيْنِ، كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِينًا، خُبْزًا
وَلَحْمًا، وَأَفْطَرَ





“Wanita yang menyusui dan wanita yang hamil, jika mereka
takut akan dirinya atau anaknya, maka mereka berdua boleh untuk berbuka puasa
dan mengqadha puasanya. Adapun orang tua renta yang tidak mampu untuk berpuasa
maka Anas bin Malik telah membayar  fidyah
dengan memberikan makanan 1 orang misikin untuk setiap hari dengan roti atau
daging dan dia tidak puasa” (HR. Bukhari)





Sehingga inilah pendapat yang benar dari pendapat yang
ada.





Syaikh Ibn Baaz rahimahullah ditanya:





هل يباح الفطر للمرأة
الحامل والمرضع وهل يجب عليهما القضاء أم هناك كفارة عن فطرهما
؟





“Apakah diperbolehkan untuk wanita yang hamil atau
menyusui untuk tidak puasa? Dan apakah wajib baginya qadha? Atau ada kaffarah
karena dia tidak berpuasa”





Beliau menjawab:





الحامل والمرضع حكمهما
حكم المريض، إذا شق عليهما الصوم شرع لهما الفطر، وعليهما القضاء عند القدرة على ذلك،
كالمريض، وذهب بعض أهل العلم إلى أنه يكفيهما الإطعام عن كل يوم: إطعام مسكين، وهو
قول ضعيف مرجوح، والصواب أن عليهما القضاء كالمسافر والمريض؛ لقول الله عز وجل: {فَمَنْ
كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ}  وقد دل على ذلك أيضا حديث أنس بن مالك الكعبي: أن
رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إن الله وضع عن المسافر الصوم وشطر الصلاة، وعن
الحبلى والمرضع الصوم





“Orang yang hamil dan menyusui memiliki hukum sebagaimana
hukumnya orang yang sakit. Jika keduanya merasa berat untuk berpuasa maka
disyariatkan bagi keduanya untuk tidak berpuasa. Dan kewajiban keduanya untuk
mengqadha puasa ketika sudah mampu sebagaimana halnya orang yang sakit. Dan
sebagian ahli ilmu berpendapat bahwasanya cukup bagi keduanya untuk memberikan
makan 1 orang miskin pada tiap harinya, akan tetapi ini adalah pendapat yang
lemah dan marjuh. Dan yang benar, bahawasanya dia mengqadha puasa seperti orang
yang safar dan orang sakit. Karena firman Allah azza wa jalla (Barang siapa
yang sakit dan melakukan safar maka hendaklah dia menggantikan puasanya di hari
yang lain) [QS. Al-Baqarah: 184] dan hal ini juga memiliki dalil yakni hadits
Anas bin Malik Al-Ka’bi bahwasanya Rasulullah shallahu alaihi wa sallam
bersabda: (Sesungguhnya Allah menjatuhkan dari orang yang musafir setengah
shalat (dengan syariat qashar shalat) dan Allah menjatuhkan kewajiban berpuasa
dari musafir. Dan begitu pula Allah menjatuhkan kewajiban berpuasa dari orang
yang hamil dan menyusui” (Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz 15/225)





Dan syaikh Ibn
Utsaimin rahimahullah juga berkata:





وهذا القول أرجح الأقوال
عندي ، لأن غاية ما يكون أنهما كالمريض والمسافر فيلزمهما القضاء فقط





“Dan perkataan
ini adalah perkataan yang lebih rajih (lebih benar) menurutku. Karena hasil
akhir bahwasanya wanita yang hamil dan menyusui seperti orang yang sakit dan
musafir, maka diwajibkan atas keduanya untuk mengqadha puasa saja” (Asy-Syarhu
Al-Mumti’ 6/350)





Dan Lajnah
Daimah (komite fatwa) memberikan fatwa:





إن خافت الحامل على
نفسها أو جنينها من الصوم أفطرت وعليها القضاء فقط، شأنها في ذلك شأن المريض الذي لا
يقوى على الصوم، أو يخشى منه على نفسه، قال الله تعالى: وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ
عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ





“Jika
wanita yang hamil takut atas dirinya atau janinnya jikalau berpuasa, maka
diperbolehkan baginya untuk berbuka dan wajib atasnya untuk mengqadha shalat.
Perkara wanita yang hamil seperti orang yang sakit yang tidak mampu untuk
berpuasa, atau dia takut akan dirinya jika berpuasa. Allah ta’ala berfirman:
(Dan barangsiapa yang sakit dan sedang melakukan safar maka hendaklah dia
menggantikan puasanya di hari yang lain” (Fatawa Lajnah Daimah 10/219)





Maka yang
benar adalah wanita yang hamil dan menyusui cukup mengqadha puasa saja dan
bukan membayar fidyah.





Allahu a’lam,
semoga bermanfaat.




PenulisMuhammad Abdurrahman Al Amiry




Artikelalamiry.net (Kajian Al Amiry)

Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.

























Ikuti status kami dengan menekan tombol follow pada akun FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @ma_alamiry  


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Wanita Hamil Dan Menyusui , Qadha Atau Fidyah ?

0 komentar:

Posting Komentar